Kolonialisme dan Sepakbola Amerika Latin

Kiranya cukup menarik jika merajut sejarah bagaimana sepakbola lahir dan dikenal di Amerika Latin. Meski sebenarnya seperti yang telah kita ketahui benua ini bukan tempat sepakbola dilahirkan.
Kampiun piala dunia 2006 memang bukan dari negara benua Amerika, tapi apa jadinya jika piala dunia tanpa kehadiran seniman-seniman bola dari negara-negara latin ini, bukan bermaksud menisbikan kehebatan negara lain terutama Eropa, tapi keindahan sepakbola akan hilang.
Tak bisa dipungkiri, bintang-bintang lapangan hijau Amerika Selatan banyak mencetak sejarah sepakbola, terutama Brazil dan Argentina. Nama-nama bintang tersebut sudah tidak perlu lagi disebutkan satu-persatu karena sudah sangat familiar diantara pecandu bola sejagat raya.
Sejarah sepakbola Amerika Latin tidak lepas dari sejarah kolonialisasi negara-negara Eropa. Adalah Inggris, tempat dimana sepakbola lahir, yang saat itu melakukan penjajahan ke wilayah benua Amerika bagian selatan, mulai memperkenalkan sepakbola ke masyarakat setempat.
Pengenalannya terhadap masyarakat setempat dilakukan oleh orang Inggris yang berbeda tapi dengan pola sama, yaitu pendirian klub-klub sepakbola. Di Argentina, klub yang pertama kali didirikan adalah Buenos Aires F.C, Valparaiso F.C di Cili, dan di Uruguay dibentuk klub Albion F.C. Sementara itu, akhir dekade abad 19 seorang laki-laki Inggris yang lahir di Brazil, Charles Miller, memperkenalkan sepakbola kepada masyarakat Brazil.
Meski pada awalnya sepakbola hanya dimainkan secara terbatas oleh pendatang Eropa, namun bersangsur-angsur timbul ketertarikan penduduk lokal terutama para pekerja, setelah melihat para pelaut Inggris bermain bola di dok kapal. Permainan ini akhirnya menyatukan perbedaan antara pendatang Eropa dengan penduduk lokal.
Inilah yang disebut sebagai sifat alami sepakbola, yaitu bisa dimainkan oleh siapa saja dan kapan saja. Tanpa membedakan jenis kulit atau ras, kaya atau miskin, tuan atau pekerja dan karakter fisik lainnya. Kesederhanaan alat yang membuat sepakbola dengan cepat meraih popularitas.
Namun, tetap saja sejarah sepakbola Amerika Latin tidak lepas dari sikap rasis. Negara Amerika Latin selalu mempertimbangkan kehadiran pemain kulit hitam dalam skuad tim nasionalnya. Menurut sejarawan Eduardo Galeano, Uruguay adalah negara pertama yang memasukan pemain kulit hitam dalam tim nasionalnya. Mereka memasukan dua pemain kulit hitam, Isabelino Gradín dan Juan Delgado, pada pertandingan Piala Amerika pertama tahun 1916 melawan Cili.
Kehadiran dua pemain itu membuat Cili meminta pertandingan dibatalkan karena mereka menganggap Uruguay telah memakai pemain asal Afrika, tentu saja mereka keliru karena kedua pemain ini adalah warga negara Uruguay meski keturunan budak.
Begitu pun di Brazil, negara yang telah melahirkan banyak pemain kelas dunia, sejarah sepakbola juga di cemari oleh rasis. Kondisi ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah. Presiden Brazil, Epitácio Pessoa, melarang adanya pemain kulit hitam dalam tim Brazil yang akan mengikuti Piala Amerika tahun 1921 di Buenos Aires, Argentina.
Carlos Alberto misalnya, seorang pemain kulit hitam klub Fluminense, berusaha memutihkan wajahnya dengan tepung beras agar bisa bermain untuk klubnya. Hal ini menggambarkan betapa sepakbola Brazil penuh dengan sikap rasis tahun 1920-an.
Lambat laun, rasisme sepakbola mulai terkikis setelah pemain-pemain kulit hitam menunjukan kehebatan untuk memikat dunia diatas lapangan hijau dan memberikan kontribusi cukup besar bagi negara yang dibelanya sebagai wujud nasionalisme yang mereka miliki, terutama sejak digelarnya piala dunia 1930 di Uruguay.

Terkait:
Pustaka:
Sejarah Sepakbola

0 Response to "Kolonialisme dan Sepakbola Amerika Latin"

Posting Komentar

Terima kasih atas Kunjungannya, semoga bermanfaat..!!

Histats

Follow Us