Pelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa, dalam kurikulum 2006 yang lebih dikenal dengan KTSP. Dalam pelaksanaan pembelajaran kelas 1 s.d kelas III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan kelas IV s.d kelas VI dilaksanakan melalui metode mata pelajaran.
Sementara kanyataan di lapangan dari hasil studi pendahuluan di SD, tuntutan karakteristik pendidikan IPA masih jauh dari yang dimaksudkan. Implementasi KTSP lebih terfokus pada pembenahan jenis-jenis administrasi pembelajaran. Sedangkan dalam pelaksanaan KBM belum menunjukan perubahan yang sangat berarti. Hal ini disebabkan antara lain, pemberlakuan KTSP belum disertai denga pelatihan bagi guru-guru bagaimana mengelola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Selain itu, fasilitas pembelajaran IPA seperti media dan alat peraga, kualitas dan kuantitasnya tidak banyak berubah, yaitu jauh dari memadai. Hasil studi pendahuluan di Sekolah Dasar, khususnya di SDN Banyuwaras. Kec. Karangnunggal Kab. Tasikmalaya, para guru menyadari bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA selama ini masih banyak memiliki kelemahan antara lain, pembelajaran IPA masih kurang melibatkan siswa pada aktivitas keterampilan proses atau kerja ilmiah IPA. Kegiatan pembelajaran jarang dalam bentuk kegiatan praktikum karena alat-alat yang diperlukan sangat terbatas. Guru kelas sudah berusaha menyediakan alat-alat sederhana sejauh kemampuan. Tetapi karena sangat terbatasnya keterampilan dan waktu yang dimiliki guru, sangat terbatas juga alat yang dapat disediakan. Untuk menghindari agar pembelajaran IPA tidak terlalu verbalistik, maka Pendekatan pembelajaran yang paling memungkinkan digunakan guru dalam pembelajaran IPA adalah Penggunaan LKS berbasis kontekstual. Dengan penggunaan LKS berbasis Kontekstual diharapkan hasil pembelajaran IPA tidak verbalistik, siswa lebih terlibat langsung dalam pembelajaran, dan hasilnya lebih efektif. Selama ini memang kita akui bahwa pembelajaran IPA di SD belum ditunjang dengan dengan wawasan guru, persiapan dan alat yang memadai. Maka untuk menanggulangi segala kekurangan tersebut, penggunaan LKS berbasis Kontekstual merupakan solusi yang paling efektif untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA.
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan pada siswa SD, hal ini sejalan pula dengan kutipan berikut:
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan (Depdiknas, 2006:47).
Pencapaian SK dan KD tersebut pada pembelajaran IPA didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru dengan berorientasi pada tujuan kurikuler mata pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di Sekolah Dasar adalah “Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan” Depdiknas, 2006:48).
Sejalan dengan pendapat di atas, maka IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Pembelajaran IPA dengan menggunakan LKS berbasis kontekstual diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA dengan menggunakan LKS berbasis Kontekstual di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Karakteristik dan pengertian IPA secara singkat terangkum dalam pengertian IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Mata Pelajaran IPA, bahwa IPA adalah cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Dalam proses mencari tahu ini pelajar IPA dirancang untuk mengembangkan kerja ilmiah dan sikap ilmiah siswa. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menuntut guru mampu menyediakan dan mengelola pembelajaran IPA dengan suatu metode dan tekhnik penunjang yang memmungkinkan siswa dapat mengalami seluruh tahapan pembelajaran yang bermuatan keterampilan proses, sikap ilmiah dan pengusaan konsep.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Mengoptimalkan LKS berbasis kontekstual pada pembelajaran merupakan konsep belajar yang akan membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini hasil prestasi siswa dapat meningkat, selain itu pembelajaran diharapkan akan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran akan berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Sementara kanyataan di lapangan dari hasil studi pendahuluan di SD, tuntutan karakteristik pendidikan IPA masih jauh dari yang dimaksudkan. Implementasi KTSP lebih terfokus pada pembenahan jenis-jenis administrasi pembelajaran. Sedangkan dalam pelaksanaan KBM belum menunjukan perubahan yang sangat berarti. Hal ini disebabkan antara lain, pemberlakuan KTSP belum disertai denga pelatihan bagi guru-guru bagaimana mengelola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Selain itu, fasilitas pembelajaran IPA seperti media dan alat peraga, kualitas dan kuantitasnya tidak banyak berubah, yaitu jauh dari memadai. Hasil studi pendahuluan di Sekolah Dasar, khususnya di SDN Banyuwaras. Kec. Karangnunggal Kab. Tasikmalaya, para guru menyadari bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA selama ini masih banyak memiliki kelemahan antara lain, pembelajaran IPA masih kurang melibatkan siswa pada aktivitas keterampilan proses atau kerja ilmiah IPA. Kegiatan pembelajaran jarang dalam bentuk kegiatan praktikum karena alat-alat yang diperlukan sangat terbatas. Guru kelas sudah berusaha menyediakan alat-alat sederhana sejauh kemampuan. Tetapi karena sangat terbatasnya keterampilan dan waktu yang dimiliki guru, sangat terbatas juga alat yang dapat disediakan. Untuk menghindari agar pembelajaran IPA tidak terlalu verbalistik, maka Pendekatan pembelajaran yang paling memungkinkan digunakan guru dalam pembelajaran IPA adalah Penggunaan LKS berbasis kontekstual. Dengan penggunaan LKS berbasis Kontekstual diharapkan hasil pembelajaran IPA tidak verbalistik, siswa lebih terlibat langsung dalam pembelajaran, dan hasilnya lebih efektif. Selama ini memang kita akui bahwa pembelajaran IPA di SD belum ditunjang dengan dengan wawasan guru, persiapan dan alat yang memadai. Maka untuk menanggulangi segala kekurangan tersebut, penggunaan LKS berbasis Kontekstual merupakan solusi yang paling efektif untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA.
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan pada siswa SD, hal ini sejalan pula dengan kutipan berikut:
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan (Depdiknas, 2006:47).
Pencapaian SK dan KD tersebut pada pembelajaran IPA didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru dengan berorientasi pada tujuan kurikuler mata pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di Sekolah Dasar adalah “Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan” Depdiknas, 2006:48).
Sejalan dengan pendapat di atas, maka IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Pembelajaran IPA dengan menggunakan LKS berbasis kontekstual diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA dengan menggunakan LKS berbasis Kontekstual di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Karakteristik dan pengertian IPA secara singkat terangkum dalam pengertian IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Mata Pelajaran IPA, bahwa IPA adalah cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Dalam proses mencari tahu ini pelajar IPA dirancang untuk mengembangkan kerja ilmiah dan sikap ilmiah siswa. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menuntut guru mampu menyediakan dan mengelola pembelajaran IPA dengan suatu metode dan tekhnik penunjang yang memmungkinkan siswa dapat mengalami seluruh tahapan pembelajaran yang bermuatan keterampilan proses, sikap ilmiah dan pengusaan konsep.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Mengoptimalkan LKS berbasis kontekstual pada pembelajaran merupakan konsep belajar yang akan membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini hasil prestasi siswa dapat meningkat, selain itu pembelajaran diharapkan akan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran akan berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
0 Response to "Latar belakang Penggunaan lKS berbasis kontekstual dalam meningkatkan prestasi pelajaran IPA di sekolah dasar"
Posting Komentar
Terima kasih atas Kunjungannya, semoga bermanfaat..!!