Setelah Empu Sindok menggantikan kekuasaan Raja Wawa di Jawa Tengah, ia berkeinginan memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur. Alasannyya, adanya bencana alam di Jawa Tengah dan timbul kekacauan karena ancaman serangan Sriwijaya. Munculnya Kekuasaan Wangsa Isyana : Setelah berhasil memindahkan pusat pemerintahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, Empu Sindok membentuk keluarga baru yang dinamakan Wangsa Isyana. Empu Sindok mendirikan kerajaan sekaligus sebagai raja pertama. Ia bergelar Sri Isyana Wiramadharmatunggadewa. Mengenai pusat pemerintahannya, ada yang berpendapat di Watugaluh, yaitu daerah di antara Gunung Semeru dan Gunung Wilis. Akan tetapi, ada yang berpendapat di Tamwlang diperkirakan di daerah Jombang. Oleh karena di dekat Jombang terdapat sebuah desa yang namanya mirip, yakni desa Tambelang.
Sumber Sejarah Kekuasaan Wangsa Isyana di Jawa Timur : Sumber yang dapat digunakan untuk mengetahui kekuasaan Wangsa Isyana berupa berita asing dan prasasti. Berita asing itu berasal dari India dan Cina. Berita Cina berasal dari zaman Dinasti Sung. Sumber yang berupa prasasti adalah prasasti dari Empu Sindok dan Prasasti Calcuta. Pemerintahan dan Perkembangan Sosial Ekonomi : Empu Sindok dapat dikatakan sebagia peletak dasar bagi perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa Timur. Daerah kekuasaannya, meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali.
a. Masa Pemerintahan Empu Sindok (929-948)
Usaha-usaha Empu Sindok dalam memajukan kerajaannya, antara lain sebagai berikut.
b. Masa Pemerintahan Dharmawangsa (991-1016)
Pada tahun 991, Dharmawangsa menggantikan Makutawangsa Wardana. Ia bergelar Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikramatungga dewa. Raja Dharmawangsa sangat menitikberatkan pemerintah tahannya dalam bidang politik. Hal itu tampak dari upayanya menaklukkan Sriwijaya sebagai penguasa perdagangan di Nusantara. Beberapa kali Dharmawangsa menocoba menaklukkan Sriwijaya, tetapi gagal. Bahkan, Dharmawangsa dan keluarganya gugur karena serangan Kerajaan Wora Wari pada saat pernikahan putri Dharmawangsa dengan Airlangga, putra Raja Udayana dari Bali. Wora Wari adalah kerajaan bawahan Sriwijaya yang ada di Jawa. Peristiwa tersebut dikenal dengan Pralaya. Salah seorang anggota keluarga Dharmawangsa yang berhasil melarikan diri dari peristiwa itu adalah Airlangga.
c. Masa Pemerintahan Airlangga (1019-1048)
Setelah berhasil meloloskan diri beserta para pengikutnya dari Peristiwa Pralaya. Airlangga hidup di tengah hutan. Ia hidup bersama para pertapa. Pada tahun 1019, para utusan rakyat datang menghadap Airlangga. Mereka minta agar Airlangga bersedia naik takhta membangun kembali Kerajaan Wangsa Isyana. Pada tahun 1019, Airlangga dinobatkan sebagai raja oleh para pendeta Buddha. Ia kemudian bergelar Sri Maharaja Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa. Sebagai permaisurinya adalah Anantangwikramatunggadewa. Sebagai permaisurinya adalah putri dari Dharmawangsa.
Pemulihan Kembali Kekuasaan Wangsa Isyana, Airlangga bercita-cita mengembalikan kekuasaan Wangsa Isyana. Untuk itu, ia terus berusaha menyusun kekuatan bersama para pengikutnya. Salah seorang pengikut setia Airlangga sejak dari pelarian di tengah hutan hingga ia menjadi raja adalah Narotama. Pada tahun 1028, Airlangga mulai melaksanakan cita-citanya. Kerajaan-kerajaan yang dahulu pernah berada dibawah kekuasan Dharmawangsa, satu per satu dapat dikuasai kembali. Wilayah kekuasaannya, meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali. Pusat pemerintahan terdapat di Kahuripan. Lambang negara yang digunakan adalah Garudhamukha. Untuk meningkatnya kesejahteraan rakyat, Airlangga melakukan usaha sebagai berikut.
Usaha-Usaha Airlangga dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rakyatnya
a. Bidang Ekonomi
Usaha yang dilakukan di bidang ekonomi, antara lain sebagai berikut.
b. Bidang Agama
Untuk memajukan bidang agama dan sekaligus sebagai penghargaan atas jasa para pendeta. Airlangga juga membangun pertapaan di Pucangan, lereng Gunung Penanggungan. Pertapaan Pucangan itu diperuntukkan bagi putrinya, Sri Sanggaramawijaya yang setelah menjadi pertapa dikenal dengan sebutan Dwi Kilisuci. Raja Airlangga adalah pemeluk agama Hindu yang setia. Sekalipun demikian, agama Buddha diberi kesempatan untuk berkembang baik. Airlangga juga terkenal sebagai pembina toleransi kehidupan beragama.
c. Bidang seni Sastra
Selain bidang-bidang tersebut, Airlangga juga memberi perhatian di bidang sastra. Hasil sastra yang terkenal pada masa pemerintahan Airlangga, antara lain Arjunawiwaha tulisan Empu Kanwa.
Masa Akhir Pemerintahan Airlangga : Airlangga terpaksa membagi kerajaannya menjadi dua. Hal itu disebabkan putri dari permaisuri, yaitu Sri Sanggramawijaya yang berhak atas takhta kerajaan tidak bersedia menjadi raja. Ia lebih memilih hidup sebagai pertapa di Pucangan. Kerajaan Airlangga dibagi dua untuk kedua putranya dari selir. Pembagian kerajaan ini terjadi pada tahun 1041. Oleh Airlangga pekerjaan membagi kerajaan itu diserahkan kepada seorang brahmana sakti bernama Empu Bharapa.
Empu Bharada menjalankan tugas dengan bijaksana. Kerajaan dibagi menjadi dua dengan batas Sungai Brantas. Kedua kerajaan itu adalah sebagai berikut.
Setelah pembagian kerajaan selesai, Airlangga turun takhta. Ia hidup sebagai pertapa sampai wafat pada tahun 1049. Airlangga dimakamkan di lereng sebelah timur Gunung Penanggungan, yang terkenal dengan nama Candi Belahan. Pada candi itu terdapat patung Airlangga yang diwujudkan sebagai Dewa Wisnu yang sedang mengendarai garuda.
- Memajukan pertanian dan perdagangan, yaitu dengan mengeringkan daerah rawa-rawa untuk lahan pertanian.
- Memajukan kehidupan beragama, misalnya pembangunan beberapa candi, seperti Candi Sanggariti dan Candi Gunung Gangsir.
- Mengembangkan seni sastra. Pada masa pemerintahan Empu Sindok ditulis buku suci agama Buddha, Sang Hyang Kamahayanikan.
- Menjunjung martabat kaum wanita. Hal itu dibuktikan dengan ikut sertanya permaisuri dalam pemerintahan. Setelah wafat Empu Sindok digantikan putrinya Sri Isyanatunggawijaya. Selanjutnya, Sri Isyanatunggawijaya digantikan oleh putranya Makutawangsa Wardana.
b. Masa Pemerintahan Dharmawangsa (991-1016)
Pada tahun 991, Dharmawangsa menggantikan Makutawangsa Wardana. Ia bergelar Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikramatungga dewa. Raja Dharmawangsa sangat menitikberatkan pemerintah tahannya dalam bidang politik. Hal itu tampak dari upayanya menaklukkan Sriwijaya sebagai penguasa perdagangan di Nusantara. Beberapa kali Dharmawangsa menocoba menaklukkan Sriwijaya, tetapi gagal. Bahkan, Dharmawangsa dan keluarganya gugur karena serangan Kerajaan Wora Wari pada saat pernikahan putri Dharmawangsa dengan Airlangga, putra Raja Udayana dari Bali. Wora Wari adalah kerajaan bawahan Sriwijaya yang ada di Jawa. Peristiwa tersebut dikenal dengan Pralaya. Salah seorang anggota keluarga Dharmawangsa yang berhasil melarikan diri dari peristiwa itu adalah Airlangga.
c. Masa Pemerintahan Airlangga (1019-1048)
Setelah berhasil meloloskan diri beserta para pengikutnya dari Peristiwa Pralaya. Airlangga hidup di tengah hutan. Ia hidup bersama para pertapa. Pada tahun 1019, para utusan rakyat datang menghadap Airlangga. Mereka minta agar Airlangga bersedia naik takhta membangun kembali Kerajaan Wangsa Isyana. Pada tahun 1019, Airlangga dinobatkan sebagai raja oleh para pendeta Buddha. Ia kemudian bergelar Sri Maharaja Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa. Sebagai permaisurinya adalah Anantangwikramatunggadewa. Sebagai permaisurinya adalah putri dari Dharmawangsa.
Pemulihan Kembali Kekuasaan Wangsa Isyana, Airlangga bercita-cita mengembalikan kekuasaan Wangsa Isyana. Untuk itu, ia terus berusaha menyusun kekuatan bersama para pengikutnya. Salah seorang pengikut setia Airlangga sejak dari pelarian di tengah hutan hingga ia menjadi raja adalah Narotama. Pada tahun 1028, Airlangga mulai melaksanakan cita-citanya. Kerajaan-kerajaan yang dahulu pernah berada dibawah kekuasan Dharmawangsa, satu per satu dapat dikuasai kembali. Wilayah kekuasaannya, meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali. Pusat pemerintahan terdapat di Kahuripan. Lambang negara yang digunakan adalah Garudhamukha. Untuk meningkatnya kesejahteraan rakyat, Airlangga melakukan usaha sebagai berikut.
Usaha-Usaha Airlangga dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rakyatnya
a. Bidang Ekonomi
Usaha yang dilakukan di bidang ekonomi, antara lain sebagai berikut.
- Untuk memajukan kemakmuran rakyat, bidang pertanian dikembangkan. Usaha yang ditempuhnya adalah memperbaiki irigasi dan membuat Bendungan Waringin Sapta.
- Akibat dibangunnya Bendungan Waringin Sapta, pelayaran dan perdagangan bertambah ramai. Hal itu disebabkan Sungai Brantas dapat dilayari sampai ke Pelabuhan Hujung Galung (Surabaya). Selain Pelabuhan Hujung Galuh, Airlangga juga membuka Pelabuhan Kembang Putih (sekitar Tuban). Kapal dagang luar negeri, misalnya dari India, Burma, Kampuchea, dan Campa banyak yang singgah di Pelabuhan Kembang Kembang Putih dan Hujung Galuh itu.
b. Bidang Agama
Untuk memajukan bidang agama dan sekaligus sebagai penghargaan atas jasa para pendeta. Airlangga juga membangun pertapaan di Pucangan, lereng Gunung Penanggungan. Pertapaan Pucangan itu diperuntukkan bagi putrinya, Sri Sanggaramawijaya yang setelah menjadi pertapa dikenal dengan sebutan Dwi Kilisuci. Raja Airlangga adalah pemeluk agama Hindu yang setia. Sekalipun demikian, agama Buddha diberi kesempatan untuk berkembang baik. Airlangga juga terkenal sebagai pembina toleransi kehidupan beragama.
c. Bidang seni Sastra
Selain bidang-bidang tersebut, Airlangga juga memberi perhatian di bidang sastra. Hasil sastra yang terkenal pada masa pemerintahan Airlangga, antara lain Arjunawiwaha tulisan Empu Kanwa.
Masa Akhir Pemerintahan Airlangga : Airlangga terpaksa membagi kerajaannya menjadi dua. Hal itu disebabkan putri dari permaisuri, yaitu Sri Sanggramawijaya yang berhak atas takhta kerajaan tidak bersedia menjadi raja. Ia lebih memilih hidup sebagai pertapa di Pucangan. Kerajaan Airlangga dibagi dua untuk kedua putranya dari selir. Pembagian kerajaan ini terjadi pada tahun 1041. Oleh Airlangga pekerjaan membagi kerajaan itu diserahkan kepada seorang brahmana sakti bernama Empu Bharapa.
Empu Bharada menjalankan tugas dengan bijaksana. Kerajaan dibagi menjadi dua dengan batas Sungai Brantas. Kedua kerajaan itu adalah sebagai berikut.
- Panjalu atau Kediri dengan ibu kota Daha. Kerajaan itu terletak di sebelah selatan dan timru Sungai Brantas.
- Jenggala atau Singasari dengan ibu kota Kahuripan (kira-kira sekitar Lamongan). Kerajaan itu terletak di sebelah utara Sungai Brantas.
Setelah pembagian kerajaan selesai, Airlangga turun takhta. Ia hidup sebagai pertapa sampai wafat pada tahun 1049. Airlangga dimakamkan di lereng sebelah timur Gunung Penanggungan, yang terkenal dengan nama Candi Belahan. Pada candi itu terdapat patung Airlangga yang diwujudkan sebagai Dewa Wisnu yang sedang mengendarai garuda.
0 Response to "Kekuasaan Wangsa Isyana - Sejarah Kerjaan Indoneisa"
Posting Komentar
Terima kasih atas Kunjungannya, semoga bermanfaat..!!